Senin, 03 Desember 2012

1/12/2012, Buku, Pesta dan Cinta ?

 









Buku, Pesta dan Cinta: Masihkah Ada?
Buku, Pesta, dan Cinta adalah slogan yang sangat populer di kalangan mahasiswa UI sejak era ‘60-an. Pada waktu itu kehidupan kemahasiswaan sangat diwarnai oleh semangat kebebasan dari semangat Tritura. Di era itu mahasiswa bebas untuk berorganisasi dan berpendapat dengan modal keberanian. Puncak dari semangat untuk mengekspresikan kebebasan itu adalah peristiwa Malari, yang berakibat beberapa tokoh mahasiswa mendekam di dalam penjara.
Beberapa alumni dari periode ini punya pandangan yang sama tentang pola pergaulan pada masa itu. Kesatuan mahasiswa mudah diciptakan karena belum ada gank-gank apalagi kelompok-kelompok berdasarkan perbedaan status sosial. Dan umumnya pada masa ini antar mahasiswa saling kenal dan bergaul akrab. Karena keakraban itu pulalah sehingga tidak jarang ada pasangan mahasiswa/i yang melanjutkan ‘merenda hari esok.’
Setelah peristiwa Malari itu kehidupan kampus dibekukan, cara berpikir dan orientasi mahasiswa menjadi harus cepat dan mudah. Kegiatan ‘hore-hore’ menjadi lebih besar bobotnya daripada diskusi ilmiah.
Sejak tahun 1987, kampus UI berpindah dari Rawamangun ke Depok. Pola pergaulan yang ada kemudian juga mengalami perubahan, dan mulai mengarah pada pertentangan karena tiap kelompok ingin mendahulukan kepentingannya dan mendominasi.
Trend dan dinamika mahasiswa UI pasca reformasi saat ini tidak dapat menghindar dari modernitas yang mempengaruhi mahasiswa dalam bertindak. Sarana dan pra-sarana yang makin canggih memungkinkan kemudahan-kemudahan untuk menghabiskan waktu di mall, cafe atau hanya di depan komputer untuk berinteraksi. Generasi sekarang mungkin tak sesusah generasi sebelumnya.
Kini dominasi pembicaraan di kampus tidak diwarnai hal-hal yang berbau sosial politik melainkan soal 3F (food, fashion, & film). Lalu, masihkah ada buku yang terselip di antara cinta dan pesta mahasiswa?
Mungkinkah mimpi Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa UI era ‘60-an, menjadi semakin terang atau semakin kabur?

“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi ‘manusia-manusia yang biasa.’ Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.” (Soe Hok Gie)

Pemuda, yakinlah “KEBENARAN biarpun menyakitkan, lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.” 

http://media.kompasiana.com/buku/2011/07/02/buku-pesta-dan-cinta-masihkah-ada/

Foto koleksi : Rofiek PMB 77 dan Herru PMB 78

Tidak ada komentar: