Senin, 23 Februari 2009

Workshop bisnis kuliner

Diskusi
Ulang tahun bersama di Rumah Sn Andi Sahrandi 67
Workshop bisnis kuliner di Bloemen Bandung
Reuni angkatan 1973 di Jakarta

Perploncoan PMB 2009 (3)

Minggu, 22 Februari 2009 pukul 07:12:00, Republika
Diperlukan Hal-hal yang Terukur

Banyak orangtua menentang, tapi ada pula yang jutsru menganjurkan anaknya.
''Kamu pilih mana. 'Buku suci' ini tak saya kembalikan atau cium kaki saya,'' kata sang senior. ''Pilih bukunya dikembalikan Tuan,'' jawab Nadia Rahmawati, yang mendapat nama bagus Megaaa. ''Pilihannya cuma dua. Bukunya tidak saya kembalikan atau cium kaki.'' Nadia akhirnya memilih cium kaki, dengan alasan agar bukunya segera dikembalikan. Tapi, ia pun tak segera mendapatkan bukunya. ''Saya tak menjanjikan setelah cium kaki, bukunya saya kembalikan. Saya cuma memberikan dua pilihan.'' jawab seniornya. ''Ingat ya, jangan pernah mau mencium kaki orang lain. Cium kaki hanya untuk orangtua,'' kata seniornya memberi nasihat.
Nadia pun mendapatkan bukunya, dan beralih ke senior lain untuk mendapatkan tanda tangan perkenalan di acara perpeloncoan di Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).Tapi, beberapa hari mengikuti perpeloncoan, Nadia harus berhadapan dengan orangtuanya. Padahal, untuk mengikuti acara itu, ia sudah mengantongi tanda tangan orangtua sebagai persetujuan, yang kemudian ia serahkan kepada panitia.
Nadia dilarang orangtuanya melanjutkan keikutsertaannya di acara itu. Nadia yang biasanya sudah di rumah paling telat pukul 21.00, selama ikut perpeloncoan baru pulang di atas pukul 00.00. Ibu Nadia bahkan sempat naik gula darahnya. Panitia pun kena semprot, karena tak bisa memenuhi janji acara selesai pukul 22.00 WIB.Nadia pun sempat menangis, karena hal itu. Di satu sisi ingin mematuhi keinginan orangtua, tapi di sisi lain ia ingin tersu melanjutkan perpeloncoan.
''Soal Mama emang selalu kepikiran. Pertama, takut komplikasi juga kan, abis udah lima tahun mengidap penyakit diabetes. Dan, inget kakek juga, yang meninggal karna diabetes. Apalagi gara-gara ini ada rasa takut disangka jadi anak yang nyusahin orangtualah, yang nggak nurut, yang nggak berbakti, jadi saat ngejalanin perpeloncoan ini banyak banget pikirannya,'' tutur mahasiswa Humas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran itu.
Tapi, Nadia akhirnya bisa meluluhkan kekerasan hati orangtua, sehingga ia bisa sampai akhir acara perpeloncoan. Ia ngotot ikut inisiasi ini karena ia ingin memperluas jaringan dengan ikut organisasi.Thomas Alfa Edison yang sudah telah mengikuti orientasi studi di ITB, pun rela mengikuti perpeloncoan demi memperluas jaringan. ''Konsep perpeloncoan di PMB sudah dikaji, karena alumni PMB mempunyai profesi yang beragam mulai dari pengacara hingga ilmuwan,'' ujar Mahasiswa Terbaik MIPA ITB 2008 itu.
Perpeloncoan 10 hari di PMB, kata Thomas, hampir sama dengan OS di ITB. Namun ia merasa PMB lebih aman karena dilengkapi oleh dokter dan diawasi oleh orang-orang yang mengerti di bidangnya. ''Mereka yang mau masuk ke PMB sifatnya sukarela. sebelum perpeloncoan, mereka harus menjalani medical check up, dan mengisi formulir riwayat kesehatan mereka,'' ujar Deni Suryawan, ketua Panitia Penerimaan Anggota Baru PMB.
Menurut Deni, pelaksanaan perpeloncoan pun dikontrol dengan ketat. Ada coaching clinic soal pelaksanaan perpeloncoan, ada pula penjelasan makna dari masing-masing acara di perpeloncoan. ''Tekanan mental dan fisik diberikan kepada peserta secara terukur,'' ujar Deni.Menurut Deni, tanda tangan persetujuan orangtua juga menjadi syarat penting sebelum ikut perploncoan. Ketika ada yang memalsukan tanda tangan orangtua atau wali, mereka pun dipanggil panitia untuk memberikan pertanggungjawaban.
Aam Hamimsar menjadi orangtua yang akan menyodorkan tanda tangan persetujuan tanpa harus diminta terlebih dulu. Ia malah yang mendorong anaknya mengikuti kegiatan perpeloncoan. Bapak empat anak ini memang memandang tradisi perpeloncoan sebagai suatu hal yang positif. Alasannya lewat ajang seperti itulah rasa kepercayaan diri anaknya bisa muncul. Menghilangkan rasa malu itu lalu penting sebagai bagian dari perkembangan dirinya. ''Saya adalah produk hasil pelonco yang berhasil,'' kata Aam yang pernah menjalani perpeloncoan pada 1069 itu.
Di acara perpeloncoan, ada banyak hal yang menyenangkan. ''Siapa pun yang ikut perpeloncoan, awalnya pasti menyebalkan, namun jika sudah terlewati menjadi hal yang lucu,'' kata Thomas yang menjadi Jendral Pelonco 2009 di PMB.Keinginan Thomas menempatkan dirinya pada titik nol, membantu dirinya bisa melewati masa perpeloncoan itu. Ia menjalaninya dengan rasa, membuka segala kemungkinan baru yang ada di luar dirinya. Semuanya demi upaya membangun jaringan.
''Inget temen-temen semuanya, Nad terpacu terus motivasinya. Apalagi ada satu temen yang tau kondisi Nad kayak apa. Dia yang terus nyemangatin, makanya sedih dan terharu banget saat menyingsing fajar. Pas dipelonco sih nggak nangis, tapi giliran denger kata "selamat" ya, aduh, rasanya pengen terjun bebas saking seneng-nya,'' tutur Nadia.
Nadia selalu teringat peristiwa yang bergubungan dengan ibunya. Setelah ibunya merestui dirinya untuk meneruskan acar perpeloncoan, Nadia jadi sering dijemput ibunya. Teman-temannya pun ikut menumpang mobil ibunya. ''Mama masih ngomel-ngomel. Tapi, ngomel-nya sambil mau muntah. Solanya, kami pada bau. Apalagi setiap hari kami selalu diberi minum dan dilumuri minyak ikan,'' ujar Nadia. ren/ind/kie

Inisiasi di Wanadri dan Menwa
Wanadri dan Resimen Mahasiswa (Menwa) mempuyai tradisi yang keras dalam inisiasi. calon anggota kelompok pecinta alam di Bandung ini harus mengikuti empat tahap tes. ''Yaitu, tes psikologi, tes medis, tes fisik dan wawancara medis,'' ujar Iwan dari Wanadri.
Mereka yang dapat rekomendasi untuk bisa mengikuti inisiasi, akan menjalani pendidikkan dasar selama sebulan untuk mendapatkan 12 materi. Di antaranya, navigasi darat. survival, mengenal makanan yang bisa dimakan atau botani, tebing terjal, materi pembekalan wawasan kebangsaan, materi tentang lingkungan hidup, arung jeram, dan lain-lain.
Iwan mengaku, selama pendidikan dasar itu kontak fisik masih bisa diterapkan. Asal, tujuannya jelas. Tapi, kalau untuk menegakkan disiplin hukum yang diterapkan tidak akan mengada-ada. Misalnya, kalau ada peserta pendidikan itu yang melanggar aturan, mereka harus dihukum push up satu seri sebanyak 10 kali.
Tamparan pun, lanjut dia, bisa dilakukan pada orang tertentu dengan kondisi tertentu. Misalnya, kalau ada peserta yang kedinginan atau melamun, mereka harus ditampar untuk mengembalikan konsetrasi. Di gunung, kata dia, semua peserta harus dijaga suhu badannya agar tidak dingin karena kalau kedinginan bisa menyebabkan kematian.
Di Menwa, yang menerima anggota juga berdasarkan kesukarelaan, juga mengadakan serangkaian tes kepada calon anggota. "Nah, salah satu yang wajib dilampirkan saat mendaftar adalah surat keterangan sehat dari dokter," kata Ariza Patria, komandan Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia.
Calon anggota mengikuti proses wawancara dan pra-pendidikan dasar. Kegiatan tersebut banyak dilakukan di kampus-kampus. Sebelum pelatihan dijalankan, calon anggota sekali lagi harus memeriksakan kesehatannya dan melampirkan buktinya. Dalam pelatihan ini, materi-materi bela negara serta etika dalam ketentaraan di berikan di kelas, diiringi dengan pelatihan fisik. "Ya seperti push up, sit up, back up," ungkap Ariza.
Selain itu, setiap pra pendidikan dasar yang memang menu pelatihannya sudah standar tersebut, setiap kampus juga mengadakan jurit malam atau dalam istilah menwa disebut caraka malam. Dalam kegiatan itu, calon anggota baru seolah-olah berada dalam situasi perang dan harus mengirimkan pesan kepada komandannya. Dalam perjalannya dia akan menemui banyak halangan dan rintangan. "makanya teknik survival juga diajarkan disini," tambahnya. Ketika calon anggota baru itu lolos dari pelatihan ini maka dia akan melanjutkannya ke pendidikan dasar yang dilakukan di komando tingkat provinsi dengan materi yang lebih berat. kie/kim

Senin, 09 Februari 2009

Perploncoan PMB 2009 (2)


Inaugurasi PMB angkatan 2009

Menyongsong Fajar.... selamat datang PMB angkatan 2009

Minggu, 01 Februari 2009

Perploncoan PMB 2009 (1)

Minggu, 08 Februari 2009 pukul 08:47:00
Perpeloncoan
Oleh: Priyantono Oemar

Jendral dan Jendril siap dilelang namanya di acara Malam Lelang Nama. Sang Jendral adalah Thomas Alfa Edison, mahasiswa semester VII Fisika Institut Teknologi Bandung. Sang Jendril S Nadia Rahmawati, mahasiswa semester V Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.Sang Jendral adalah peraih medali perunggu Olimpiade Fisika Internasional pada 2005. Indeks Prestasi Kumulatifnya 3,9 dari skala 4,0. Indeks prestasi terendah 3,7, dan pernah 3,8. Lainnya 4,0.Sedangkan Sang Jendril gaul abis, pinter poco-poco, aktif di radio komunitas di Jatinangor, dan Indeks Prestasi Kumulatifnya 3,5 dari skala 4,0.Sang pembeli bertanya kepada mereka melalui juru lelang, karena sang pembeli sedang serak suaranya. ''Berapa harga kamu?'' tanya sang pembeli.''Dua puluh juta tuan,'' jawab Jendral.''OK, saya beli kamu berdua sama Jendril dengan harga Rp 25 juta.''Setelah applaus dari hadirin, sang pembeli tersu memberikan nama kepada Jendral dan Jendril. Sang Jendral diberi nama Sontoloyo Banget Yee (SBY) dan Jendril diberi nama Megaaaa. Malam itu ada lebih dari 100 plonco-plonci yang dilelang namanya. Mereka diberi nama baru, menggantikan nama asli mereka. Mereka harus menyebut nama baru itu sebagai nama bagus, dan nama asli merek sebagai nama jelek.Pagi harinya, saat apel pagi, Sang Jendril pun kebagian memimpin plonco-plonci menari poco-poco. ''Ci kenapa nama kamu a-nya banyak Ci.''''Karena saya kurus Tuan, jadi katanya untuk membedakan dengan yang asli,'' jawab plonci jendril.
Ada 165 mahasiswa Bandung yang pada Jumat (30/1) malam lalu mengikuti pembukaan perploncoan. Mereka akan mengikuti perpeloncoan selama 10 hari di Perhimpunan Mahasiswa Bandung, organisasi ekstrakampus yang dinilai Wimar Witoelar sebagai organisasi yang fun. Mereka menyatakan kesukarelaannya mengikuti perpeloncoan itu. Jika mereka tak cocok, mereka boleh mengundurkan diri. Mereka harus menunjukkan bukti adanya izin dari orangtua atau wali. Dan ternyata, ada pula orangtua atau wali yang menganjurkan anaknya atau anak walinya mengikuti perploncoan ini. ''Oom saya yang menganjurkan, untuk latihan mental katanya,'' ujar Arie Budhiana, mahasiswa Maranatha, Bandung.Tapi, ada juga orangtua yang khawatir, karena anaknya memaksa diizinkan untuk ikut. Tapi, karena sang anak merasa fun di acara perpeloncoan ini, sang anak tetap memaksa terus ikut. Sang Jendril Megaaa mengaku harus terus ikut perpeloncoan karena acaranya berbeda dengan Opspek di kampus. Selain itu, motivasi dia melewati masa ini adalah karena ia ingin menambah pergaulan, yang dengannya berarti akan memperluas jaringan.
Alasan yang juga diakui Sang Jendral.''Jendral, kamu pinter, ngapain kamu capek-capek ikut perpeloncoan?''''Saya ingin menambah jaringan Tuan.''''Memangnya di ITB nggak cukup. Kamu aktif di kampus?''''Aktif di tiga organisasi Tuan, tapi semuanya anak-anak ITB. Jadi, kalau ke sini, jaringan saya makin luas Tuan.'' Membangun jaringan, diakui Arifin Panigoro --yang juga hadir di Malam Lelang Nama peepeloncoan itu-- membantu memperlancar bisnis dia. Itulah yang ia pertegas di bukunya, Berbisnis Itu (tidak) Mudah. Sebagian besar plonco-plonci itu memang termotivasi untuk membangun jaringan, meski harus melalui masa perpeloncoan selama 10 hari. ''Biar para mahasiswa itu tidak kuuleun,'' kata Djanaka AD, mantan direksi PT Pupuk Kujang.

Perpeloncoan di Indonesia bermula dari Meneer Bosscha van Malabar, yang mengadopsi mitologi Yunani untuk memelonco anaknya di ITB. ''Dalam mitologi Yunani yang dianut sekolah publik Anglosaxon, ada penghukuman oleh Dewa Guntur, Zeus, Neptune, yang dimulai dengan mencabut hak hidup para Plebes (anak haram dari Sains dan Seni), lalu ada siksaan sampai kemudian ke Hades (neraka),'' papar Bernard Mangunsong, alumni ITB yang pernah menjadi Bapak Plonco pada 1969.Di antara itu, kata Bernard, ada side story selama menunggu hukuman berikutnya, yaitu cerita cinta semalam suntuk (whole night) ketika Helena diculik ke Athena oleh Paris dan masuknya Trojan Horse adalah pseudo victory bagi Plebes.Skenario perpeloncoan, oleh Meneeer Bosscha dibuat mengikuti skenario mitologi Yunani ini. Ada Dewa Guntur yang mencabut hak peserta, kemudian ditetapkan sebagai plonco-plonci (Plebes). Ada acara malam neraka, ada acara whole night, ada cease fire yang menggambarkan Ipseudo victory. Siksaan di mitologi Yunani tentu berbeda dengan siksaan di acara perpeloncoan. Bukan siksaan, tetapi sesuatu yang fun. Tak ada kekerasan fisik. ''Kemudian ada pengadilan terakhir sebelum masuk ke api unggun untuk bakar atribut ketika inaugurasi,'' jelas Bernard.'
'Tuan, perkenalkan, Tuan. Nama bagus saya belum punya, Tuan.''
''Nama bagus kamu belum punya?''
''Iya Tuan.''''Cepat minta buku suci.''
''Buku suci saya sudah punya Tuan.''
''Tapi, nama bagus kamu belum punya?''''Iya Tuan.''
''Kamu tidak ikut Malam Lelang Nama?''
''Ikut Tuan.''Sang Tuan pun meminta buku suci si plonco. Ia ingin memberinya nama yang harus ia tuliskan di buku suci.''Nah ini, kamu sudah punya nama bagus.''
''Iya Tuan, nama bagus saya belum punya, Tuan.'''
'Ini kamu sudah punya. Nama bagus kamu Belum Punya?''
''Iya Tuan.''Sang Tuan pun tak jadi memberikan nama bagus, karena Belum Punya adalah nama bagus siplonco itu.


Acara pembukaan














Sebelum acara pembukaan












Berpose didepan Gedung Merdeka










Latihan nyanyi












Jendral dam jendril PMB 2009