Senin, 13 Desember 2010

Forum Indonesia Sejahtera (FIS)

FIS: Pemerintah SBY Tidak Mempunyai Visi yang Jelas, Negara Mau Dibawa Kemana?

Minggu, 28 November 2010

PMB oohh... PMB


Malam Gembira ... tua muda bergabung
Penghijauan di lereng Situ Lembang, Bandung
Dipinggir Danau Situ Lembang
Protes Bayar ..... ha7x..
Cisarua, 27 Nov 2010 -Bandung Barat
---------------------------------------------------------------

Kamis, 18 November 2010

Balap Becak , Wajah Demokrasi , Peduli Merapi

PMB Becak Race tahun 1998
PMB Becak Race tahun 1998
-------------------------------------------------------------------

=============================================
POSKO PMB Peduli Merapi
----------------------------------------------------
Hiburan keroncong "Merah Putih"

Para Panitia Lomba Karikatur "Wajah Demokrasi Indonesia"

Juara lomba karikatur "Wajah Demokrasi Indonesia" ,
Taufan dari Unikom Bandung


Karikatur "Wajah Demokrasi Indonesia"
-------------------------------------

BANDUNG (SINDO)– Ada yang berbeda dari pameran karikatur yang diselenggarakan Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) di Gedung Indonesia Menggugat,Jalan Perintis Kemerdekaan,Kota Bandung,kemarin.

Dari sekitar 40 karya karikatur berbagai kota seperti Yogyakarta, Sidoarjo,Jakarta,Surabaya, dan Bandung, beberapa di antaranya menggambarkan sejumlah tokoh yang sedang hangat diperbincangkan. Sebut saja Presiden Amerika Serikat Barack Obama, artis Dewi Persik dan Julia Perez, bahkan tidak ketinggalan tersangka mafia pajak Gayus Tambunan. Terdakwa kasus penggelapan pajak ini menjadi model salah seorang peserta dari Rumah Biroe, Tursina Handayani.Warga Jalan Purbasari Dalam Nomor 1/132, Kota Cimahi ini memberi judul karikaturnya Super Gayus. Gayus digambarkan sebagai seorang superhero yang bisa terbang.

Sosok itu terbang sambil membawa sebuah koper terbuka.Uang dalam koper tersebut akhirnya jatuhdandiambilolehbanyakorang. Daribagian bawah,Super Gayus mendapat tiupan peluit dari salah seorang bertopi polisi. Kemudian di bagian depan terdapat bentuk bangunan khas Bali. Karikatur yang dibuat dengan guratan pulen tersebut sangat menarik dan menggelitik. Bukan hanya bisa terbang dan bertubuh kekar bak Superman,Super Gayus ini juga berambut tebal model belah tengah dan mengenakan kaca mata. Sama seperti saat Gayus tepergok tengah menonton pertandingan tenis di Bali.

Sebagian besar tema karikatur dalam pameran bertajuk “Wajah Demokrasi Indonesia” memang merupakan kritikan terhadap penanganan hukum,politik,kebijakan pemerintah serta kinerja anggota DPR.Kedatangan Presiden Barack Obama juga menjadi tema yang banyak diangkat. Salah satunya karya Angga Zulkifli, peserta dari Institut Teknologi Nasional (ITN) yang menggambarkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau yang biasa disapa SBY, Presiden Amerika Barack Obama, dan Perdana Menteri Austria Werner Faymann. Faymann digambarkan mendapat kesulitan karena alat penerjemahnya tidak berfungsi, sementara Obama dan SBY bersalaman tanpa menghiraukan Faymann.

Menurut koordinator pameran, Dewi Tadya Thahira,semua karikatur yang diperlombakan ini akan dinilai juri.“Karikatur yang paling sesuai dengan tema kita akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai,” ujar Dewi.Acara ini diharapkan bisa mengekspresikan aspirasi pada pemerintah. (masita ulfa)

Kamis, 21 Oktober 2010

Qurban , Pameran foto



Sebagian Panitia Qurban

Acara Idul Adha 2010
================================================

--------------------
-----------------------------------



SOSOK PEJUANG MASA KINI

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional 2010, Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) bekerjasama dengan Forum Fotografi Kampus (FFK) bermaksud menggelar Pameran Foto dengan tema “Sosok Para Pejuang Masa Kini”.
Pameran foto ini akan digelar mulai hari Senin, 08 November sampai dengan Minggu, 21 November 2010, bertempat di Lobby Area Grand Hotel Preanger - Jl. Asia Afrika No. 81 Bandung.


Untuk itu kami menggundang teman-teman untuk dapat turut berpartisifasi pada kegitan ini, dengan mengirimkan karya foto terbaiknya dengan kriteria dan persyaratan karya sebagai berikut :

1. Foto yang dikirimkan adalah hasil karya asli pengirim dan berhubungan dengan tema pameran.
2. Foto yang dikirimkan tidak mengandung unsur sara.
3. Foto yang dikirimkan dapat diambil menggunakan kamera digital dan SLR.
4. Usia Foto yang dikirmkan paling lama 2 thn sejak pengambilan.
5. Editing yg diperbolehkan: Brightnes, Contras, Saturasi, Croping, Doging dan Burning.
6. Pengirim hanya diperbolehkan mengirim 2 karya foto Soft Copy (ukuran cetak 12Rp) yang di sertai dengan Judul (Wajib), Caption (Wajib) dan Identitas pengirim (Wajib).
7. Foto yang dikirimkan menjadi tanggungjawab pengirim (Panitia tidak bertanggungjawab dalam hal ini).
8. Panitia hanya akan memilih 35 foto terbaik untuk dipamerkan.

Karya Foto paling lambat dikirimkan hari Senin, 01 Nopember 2010, Ke :

SEKRETARIAT PERHIMPUNAN MAHASISWA BANDUNG (PMB) - Jl. Merdeka No. 7 Bandung – 40111.
Forum Fotografi Kampus (FFK) sekretariat LISMA UNPAS - Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung.

------------------------------
Bandung - Mungkin banyak yang tak menyadari, ada banyak sosok pahlawan di sekitar kita. Mereka berjuang dan mengabdikan dirinya demi kepentingan masyarakat banyak. Sama halnya dengan pahlawan dulu kala saat memperjuangankan kemerdekaan.

Pesan itulah yang coba disampaikan dalam pameran foto bertema 'Sosok Pejuang Masa Kini' yang digelar untuk memperingati Hari Pahlawan yang Jatuh pada 10 November.

"Melalui pameran foto ini, kami ingin menghadirkan gambaran perjuangan seseorang dalam aktivitasnya pada lingkungan kita sehari-hari," ujar Ketua panitia penyelenggara Aeng Anwar Sanusi.

Perjuangan para 'pahlawan' yang terpotret di pameran ini menurut Aeng sering luput dari perhatian masyarakat. Padahal sebagian dari mereka tengah berjuang demi kepentingan umum.

Pameran yang digelar di Lobby Area Grand Hotel Preanger sejak ini dilakukan selama 2 minggu, yaitu sejak tanggal 8 November hingga 21 November mendatang. Pameran foto ini merupakan hasil kerjasama Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), Forum Fotografi Kampus (FFK) dan Grand Hotel Preanger.

Ada 32 karya foto terbaik dari 26 fotografer yang berasal dari komunitas-komunitas fotografi di Bandung yang ditampilkan dalam pameran ini. "Selain itu terdapat pula 6 karya foto dari senior fotografer yang kami undang," kata Aeng.
(tya/tya)


=====================



Selasa, 12 Oktober 2010

Pengalaman, Ubuntu

1 Click Install for Your Activities !!!

Tulisan ini sebetulnya tidak akan pernah ada jika saja semua orang telah mengerti dan mudah dalam memasang aplikasi-aplikasi di sistem operasi Linux berbasis APT.

Analogi yang harus kita pahami adalah, ketika kita memasuki suatu sistem baik itu lingkungan besar maupun kecil, misalnya lingkungan baru tempat kita bekerja, maka aturan-aturan yang berlaku disana harus dipenuhi dalam rangka mensinergikan semua kegiatan yang saling berkaitan dengan orang atau bagian lain di kantor tersebut.

Aturan yang ada harus dijalankan dengan catatan tanpa meninggalkan kreativitas “positif” yang bisa mempercepat penyelesaian pekerjaan minimal efektivitas tercapai jika masih tidak bisa mencapai efisiensi tinggi.

Itu hanya analogi yang maksud intinya adalah, jika kita terbiasa bekerja dengan sistem operasi lain yang mudah dalam melakukan segala hal dan ketika pindah ke sistem operasi Linux berbasis APT seperti Ubuntu Desktop, kita harus mencari cara agar aktivitas kita tidak terganggu gara-gara dibatasi oleh kebingungan untuk memasang aplikasi yang kita butuhkan.

Inti dari migrasi sistem operasi proprietary ke sistem operasi legal berbasis Linux yang harus kita pelajari adalah :

- Mempelajari Perintah Dasar;
- Mempelajari cara instalasi Sistem Operasi berbasis Linux;
- Mempelajari cara menyiapkan alamat-alamat yang menyediakan aplikasi / Mengubah Repositori sesuai yang diharapkan;
- Mempelajari cara instalasi aplikasi baik berbasis GUI atau Text;
- Mencari alternatif aplikasi sesuai dengan kebutuhan dan kompatibilitas aplikasi lain;
- Mempelajari prilaku aplikasi dan membiasakan untuk mempergunakannya.

Atas pengalaman di atas dimana banyak sekali yang harus kita persiapkan serta untuk mempercepat penetrasi pemakaian OSS (Open Source Software) dan aplikasinya di masyarakat, kita harus mencari alternatif yang mudah terhadap implementasi OSS dan aplikasinya di lapangan. Ada sebagian pihak yang masih berpikir bahwa cara-cara praktis seperti yang ada pada sistem operasi (SO) proprietary tidak perlu dipertimbangkan. Pemikiran tersebut tidak salah jika implementasi dari OSS dan aplikasinya untuk kebutuhan-kebutuhan di belakang end-user (Server, Router dan lainnya). Tetapi ketika kita berhadapan dengan aplikasi-aplikasi yang sering dipakai oleh end-user (aplikasi perkantoran, grafis, multimedia dan lainnya) maka harus dicarikan cara praktis bagaimana mereka bisa melakukannya sendiri sehingga terbiasa dengan segala permasalahan yang dihadapinya.

Baiklah, tulisan di atas adalah liku-liku yang sering ditemui oleh penulis ketika berhadapan dengan end-user yang terbiasa dengan SO dan aplikasi proprietary dengan segala kemudahannya. Setelah lama sekali bergelut dengan OSS dan aplikasinya, suatu saat ketika sedang browsing di internet menemukan website yang akan membuat mudah end-user dalam melakukan prosedur pemasangan aplikasi di Linux Desktop khususnya yang berbasis APT. Sesaat berpikir, ternyata orang diluar Indonesia memiliki pemikiran yang sama dengan yang saya pikirkan yaitu membuat mudah dan mengurangi prosedur panjang dalam melakukan instalasi aplikasi di Linux Desktop.

Ada 2 website yang sudah saya temui dan coba untuk memakainya yaitu www.appnr.com dan www.allmyapps.com. Website tersebut menyajikan secara ramah bagaimana melakukan instalasi aplikasi di Linux Desktop berbasis APT. Di bawah ini penulis coba untuk mengulas salah satu website tersebut yaitu www.appnr.com. Untuk website www.allmyapps.com sama caranya dengan yang akan dibahas di bawah ini ....................


Tjetjep RB PMB 1991

Kamis, 23 September 2010

Anti Nyontek, Teknologi vs Teknologi

Terlambat posting lagi, terlena terlalu lama menikmati posting sendiri. Hehe…
tidak juga sih, selama absen sebuah tim kecil
berkonsolidasi bagaimana sebuah kekuatan bisnis dapat dibangun:
(1) karena memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,
(2) di atas kekuatan ilmu pengetahuan,
(3) diciptakan dari limbah handphone.
Hasilnya? Ini salahsatunya…
Kita sudah baca berita bagaimana para calon profesor tega melakukan plagiat karya ilmiah orang lain untuk mendapatkan keuntungan meraih gelar keprofesorannya. Wow, sungguh memalukan! Profesor simbol tertinggi dunia keilmuan hasil nyontek? Kelewatan sekali. Macam-macam caranya, pakai joki segala. Mahasiswa, lagi. Huh.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari! “Penyakit” menurun ke generasi berikutnya. Lihatlah gambar deretan spanduk. Sangat kontras dengan spanduk tepat di bawahnya dan di atasnya yang memuliakan ilmu pengetahuan, dan spanduk paling bawah yang mengamalkan ilmu menjadi kegiatan ekonomi melalui entrepreneur. Menjadi “tangan yang di atas”, juga mulia.

Namun ada saja dan tidak pernah jera mencari enak dengan cara mudah. Dia tidak mengerti dan mencoba melawan hukum alam, yang mengajari kita untuk meraih semua yang kita inginkan itu, adalah proses yang makan waktu. Pintar mendadak dan kaya instan tidak dikenal dalam kamus kehidupan. Kasihan, bodoh sekali mereka itu.

Berangkat dari falsafah ini, perangkat produk yang dikembangkan dari limbah handphone posting sebelumnya, dapat dimanfaatkan menekan tingkat kecurangan ujian. Segala jenis ujian, ujian nasional ‘kek, ujian saringan masuk perguruan tinggi ‘kek, ujian pegawai negeri sipil ‘kek, adalagi? Teknologi nyontek memanfaatkan semua jenis sinyal handphone termasuk bluetooth (infra merah agak susah), dihabisi produk ini.


Produk di gambar posting kemarin setelah dikasih “baju” menjadi seperti gambar di samping (biru, “SQL”). Fitur diperluas untuk menutup sinyal GPS (hitam) dan wi-fi (hotspot, warna putih/perak). Dimensi menunjukkan daya jangkau lebih jauh, dan bisa dilengkapi remote control.

Orang mengira pasti ini mahal. Keliru! Komponennya ‘kan dapat ‘mungut; yang mahal itu mikirnya, orisinil, bukan hasil nyontek atau joki! Kalau diproduksi masal harga mikir nyaris tidak ada artinya. Berani beli berapa? Hehe… keluar akal dagangnya. Tetap murah dibandingkan manfaatnya. Pernah terpikir aplikasi produk untuk rapat kecil dan tempat yang memerlukan kehidmatan seperti ibadah di mesjid dan gereja, atau, dipasang di stasiun pompa bensin dan gas untuk keselamatan?

Begitulah teknologi handphone, sama seperti pisau, bisa dipakai untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Sebentar lagi musim ujian; ayo kerja keras, belajar baik-baik, lupakan berpikir untuk nyontek, memalukan, ja-im! Teknologi hi-tech dilawan dengan teknologi berpikir hi-tech. Bisa.


Rio Seto PMB 1965


Rabu, 01 September 2010

PMB di Bogor , PMB ( Wanadri ) Wanadri Women Serie


17 Oktober 2010, di acara Masyarakat Mahasiswa Bogor



Halal Bi Halal SOMAL 3 Oktober 2010 di Kemang Jakarta

Wanadri Women Series Expedition (WWSE) - Mt. Elbrus... (lambang PMB). Terima kasih untuk Mbak Ade Sugondo PMB 71 (sponsor).... Srt irma "Nungky" Nurmala PMB 79 dan Srt Taty Djahrab PMB 81 (pendaki) .... Maju wanita Indonesia....

Acara menyongsong 28 Oktober 2010

(Sumpah Pemuda)


Wanadri Women Series Expedition to Mt. Elbrus (5.642 mdpl)

Anggota PMB juga anggota merupakan Wanadri yang ikut Irma "Nungky" Nurmala PMB 1979 (ketiga dari kanan) dan Taty Djahrab PMB 1981 (ujung kiri)

Baliho dipasang didepan Sekretariat PMB Jl. Merdeka No. 7 Bandung

Rabu, 25 Agustus 2010

Oetarjo Diran

sumber : http://www.aerospaceitb.org/?p=125

Oleh Oetarjo Diran *)

Email ini ditulis untuk membalas pernyataan Pak Widjaja Sekar tentang prestasi Pak Diran, sebagai salah satu pelopor aerodinamika transonik, di Eropa.

Sorry akan mengambil waktu anda. Namun, email anda mengembalikan saya pada masa muda kira-kira 40 hingga 50 tahun yang lalu, ketika saya bermukim di Dritterheimat, yakni Jerman. Zweiter heimat adalah Nederland, Erster heimat adalah Indonesia.

Ya, saya ingat pada waktu itu saya baru tiba di Jerman bulan Desember 1968. Sebagai orang yang sudah sepuluh tahun di Indonesia, saya harus bekerja agak keras untuk membuktikan bahwa saya masih dapat berprestasi melawan kompetisi profesional Jerman yang pada umumnya jauh lebih muda dan baru lulus dari universitas. Pada umumnya pengetahuan dan kemampuan mereka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang sepuluh tahun hidup sebagai dosen (dan peneliti?) di Indonesia, yang ketika itu tidak kondusif untuk pengembangan profesionalismenya. Dus, saya harus membuktikan dan menghasilkan apa yang diharapkan perusahaan dari saya. Saya ditempatkan dalam kelompok aerodinamika teoretikal di Blohm-und-Voss, dekat sungai Elba yang tertutup es pada bulan-bulan musim dingin.

Teman-teman di bidang aerodinamika pesawat udara ternyata masih mempergunakan metoda pendekatan yang kebetulan saya masih fahami dan kuasai. Namun, saya belum memiliki pengalaman menerapkan langsung dalam aeronautika aerodinamika industri. Saya beruntung bekerja dibawah Dr Seeler, seumuran saya, yang mengerti kesulitan yang saya hadapi. Dr Seeler memberi kesempatan saya untuk melakukan penelitian apa saja yang saya nilai berguna untuk program Messerschitt-Boelkow-Blohm, Gmbh saat itu. (MBB, perusahaan merger Messerschmitt, Boelkow, dan Blohm). Perlu dicatat bahwa saat itu ada program internasional, antara Jerman, Inggris dan Perancis untuk membuat pesawat Airbus 300.

Saya amati bahwa pada umumnya teman-teman di sana tidak terlalu banyak membaca jurnal-jurnal dalam bahasa Inggris. Dus, untuk tidak secara konfrotatif melawan teman-teman Jerman dalam bidang-bidang yang mereka kuasai, saya masuk ke perpustakaan selama kurang lebih satu bulan untuk membaca semua jurnal dari luar Jerman (USA, Perancis, Inggeris dan Belanda). Saya menemukan bahwa industri penerbangan Jerman belum melakukan atau belum tertarik pada studi atau aplikasi ilmu-ilmu profil transonik and sayap, khususnya shock-free transonic profiles
(profil transonik bebas kejut) atau supercritical profiles (profil superkritis). Setelah kurang lebih satu bulan saya kembali ke Dr Seeler dengan proposal membuat program numerik perancangan 2-D supercritical profiles yang makalah ilmiahnya dikembangan oleh seorang Amerika (maaf lupa namanya dan dalam saya tidak dapat temukan dalam gudang dokumentasi saya).

Pada saat itu MBB sedang tergiur memanfaatkan komputer besar yang masih menggunakan computer input cards di jaman komputer ‘Jurassic’. Proposal proyek saya diterima, dana riset dicarikan dan sisanya adalah sejarah.

Saya memperoleh sejumlah profil 2-D secara numerikal yang dibuktikan memang tidak menghasilkan gelombang kejut transonik pada saat mendekati Mach 1. Perlu dicatat bahwa pada saat itu profil transonik tidak dapat dirancang secara kontinu dengan perubahan parameter profil (sudut ekor, bentuk lengkung, ketebalan, diameter hidung). Solusi
hanya dapat diperoleh dengan menemukan kombinasi yang tepat dengan pengamatan dan pendekatan rasional. Saya sangat beruntung dapat menemukan sejumlah profil superkritis yang kemudian dipergunakan MBB dalam program perancangan sayap Airbus A300. Kemudian, saya diberi tanggungjawab menjadi kepala bagian aerodinamika transonik yang pertama kali dibentuk di MBB di Hamburg. Sebagai kepala kelompok ini saya sangat beruntung diikutsertakan dalam tim perancangan pesawat Airbus A300, meskipun desain yang terpilih bukan desain Jerman tetapi desain Inggris.

Kemudian saya ditantang lagi oleh Dr Seeler untuk mempelajari apa yang dilakukan kelompok Dr Habibie (yang sedang mengembangkan metoda finite element method) disamping memimpin kelompok saya mengembangkan finite
element method untuk konfigurasi subsonik 3-D, khususnya sayap. Dr Seeler memberikan satu makalah dari USA yang dibuat oleh A.M.O. Smith, dan satu makalah seminar dari J. Slooff (dari NLR Belanda, yang kemudian menjadi teman dekat saya, dan menjadi pembimbing Dr Bambang I. Sumarwoto beberapa dekade kemudian).

Program ini adalah apa yang dikenal sebagai finite panel method, berdasarkan atas algoritma yang sederhana and elegan. Perlu dicatat bahwa program-program ini sangat dirahasiakan oleh masing-masing perusahaan karena persaingan. Namun Slooff dan saya bermufakat untuk berfikir sebagai ilmuwan, dan melakukan pertukaran fikiran melalui masalah optimisasi algoritma program. Saya akui bahwa saya lebih banyak memperoleh ilmu dari Slooff daripada sebaliknya. Program yang saya kembangkan tidak selincah program Slooff, tetapi program itu merupakan dasar keputusan MBB untuk mengembangkannya juga. Alasan khususnya karena saat itu perang di Vietnam memerlukan perhitungan-perhitungan aerodinamika pesawat yang rusak (berlubang-lubang karena ledakan tembakan anti-aircraft dari Vietcong). Program MBB sangat rahasia, dan ketika sukses, hasilnya diserahkan kepada NATO. Saya kehilangan kontak karena saya tidak memiliki security level yang cukup tinggi.

Perlu dicatat bahwa saya membawa pulang algoritma dan hasil cetak Program 3-D finite panel methods yang kemudian terus dikembangkan dalam rangka tugas sarjana. Program komputer ini pertama kali dikerjakan oleh (almarhum) Profesor Said D. Jenie. Beliau mengalami kesulitan karena keterbatasan komputer IBM yang dimiliki ITB saat itu.
Hal ini memerlukan intervensi saya, dan saya kemudian membangun kerjasama dengan IBM Jakarta dan Pertamina supaya akhirnya Pak Said dapat menyelesaikan program komputer dan studinya. Untuk itu Said Jenie terpaksa pulang pergi Jakarta – Bandung untuk memakai komputer IBM dan Pertamina.

Pada akhir tahun 70an, tongkat estafet saya serahkan kepada Ir Jusman SD (bekas Dirut Garuda) dan Ir Agung Nugroho (bekas Direktur Teknologi IPTN) yang juga berhasil lulus dari cengkeraman studi teknik penerbangan dengan penyelesaian program finite panel method 3-D dinamakan program Jusman-Agung. Program Jusman-Agung ini dipergunakan dalam perancangan pesawat CN235. Bahkan karena ada ketentuan risk
sharing contract dengan CASA Spanyol maka program Jusman-Nugroho ini ”diekspor” ke CASA Spanyol.

Yang masih saya sayangkan adalah tidak ada lagi pengembangan finite panel method ini untuk viscous subsonic flows yang saya baca dari paper-paper akhir-akhir ini. Mungkin peluang pengembangannya akan ada dengan dikembangkannya pesawat 19 penumpang di PTDI?

Waktu itu sudah tahun 1972 dan istri saya mulai mendeteksi perasaan gelisah dalam diri saya. Beliau menanyakan apakah saya merasakan heimweh (rindu kampung halaman). Saya tidak sadar akan perubahan sikap saya tadi. Namun, mungkin saya hanya merasa bersalah melawan tiga kriteria saya sebagai dosen PNS: tiga id, yaitu ikatan dinas, idealist, idiot atau kombinasi dari ketiga id tadi.

Akhirnya saya kembali ke kampus (belum ada laptop saat itu!). Tetapi itu adalah cerita lain.

Maaf atas kesabaran anda bila anda sampai pada kalimat terakhir ini, dan waktu berharga yang anda habiskan hanya untuk nostalgia warga, eks-PNS, eks-dosen ITB yang sekarang bermukim di desa metropolitan (Jakarta) yang berhasrat menjadi international “car-and-water flooded” metropolitan.

Jakarta, 24 Agustus 2010

*) Prof. H. Oetarjo Diran, Vi. adalah guru besar Teknik Penerbangan
ITB, mantan ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
*) Anggota PMB angkatan 1952

ke Panti Asuhan Ramadhan


Diakhiri dengan buka bersama

Bingkisan untuk Panti Asuhan

Bingkisan untuk Panti Asuhan

Bingkisan untuk Panti Asuhan

Foto bareng dengan anak-anak Panti Asuhan

Keliling 15 Panti Asuhan di Bandung

Senin, 09 Agustus 2010

Forum Indonesia Sejahtera

Seputar Nusantara. 19 Juli 2010.


FIS ( Forum Indonesia Sejahtera ) mengusulkan kepada Presiden SBY, DPR dan DPD RI, untuk segera menghapuskan otonomi ditingkat Kabupaten dan memberlakukan otonomi hanya di tingkat Propinsi dan kota- kota yang mampu membiayai dirinya sendiri. Usulan FIS ini merupakan alternatif atas wacana yang menginginkan Gubernur ditunjuk langsung oleh Presiden dan atau dipilih oleh DPRD Propinsi. ” Menjadikan Gubernur ditunjuk langsung oleh Presiden dan atau dipilih oleh DPRD Propinsi, menurut pendapat kami tidak akan menyelesaikan akar permasalahan otonomi kita,” kata Ketua Presidium FIS Hendarmin Ranadireksa didampingi beberapa anggota Presidium Forum itu di Jakarta, Senin 19 Juli 2010.Akar permasalahan otonomi daerah kita, menurut FIS, adalah gabungan antara mandulnya kekuasaan Gubernur yang wilayah kekuasaannya telah habis dibagikan kepada para Bupati, serta terlalu besarnya wewenang Bupati dalam mengatur Kabupatennya.

Salah satu akibatnya adalah demi mengejar PAD ( Pendapatan Asli Daerah ), pembangunan daerah berjalan “kebablasan” tanpa mempertimbangkan keterpaduan pembangunan intra- Propinsi, dan mengorbankan kelestarian lingkungan. Kekuasaan besar yang dimiliki oleh Bupati, telah pula melahirkan fenomena “Raja-Raja Kecil” yang meluaskan praktek kotor KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ) sampai ke tingkat Kabupaten.

Karena itu FIS mengusulkan solusi untuk mengatasi akar permasalahan Otonomi Daerah dengan memberlakukan otonomi hanya di tingkat Propinsi saja dan kota- kota yang mampu membiayai dirinya sendiri. Hal ini selain akan meluruskan tata kelola pemerintahan dan jalannya pembangunan, sekaligus akan mengakhiri pemborosan anggaran negara untuk mengongkosi banyak Pilkada di negara Indonesia.

Untuk diketahui, dalam setiap kurun waktu 5 tahun, di Indonesia berlangsung 373 Pilkada Bupati dan 373 Pileg DPRD Kabupaten, 87 Pilkada Walikota dan 87 Pileg DPRD Kota, serta 33 Pilkada Gubernur dan 33 Pileg DPRD tingkat Propinsi. Hal ini, menurut Organisasi FIS yang beranggotakan aktivis dari Jakarta- Bandung dan Surabaya itu, jelas merupakan pemborosan yang sangat sia- sia.

Pangkas Rantai Birokrasi

Lebih lanjut FIS mengajak masyarakat mempertimbangkan norma lazim di negara Demokrasi manapun di dunia ini, dimana otonomi hanya diberikan pada tingkat Propinsi ( atau negara bagian ) dan kota- kota yang dapat membiayai dirinya sendiri. Tujuannya : agar selain Propinsi dapat mengoptimalkan potensi wilayahnya (yang terdiri dari Kabupaten dan Kota), otonomi tersebut hendaknya menjadi bagian integral dari tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien dari pusat ke daerah.

Kemudian lanjut FIS, rantai Birokrasipun akan lebih pendek. Tidak seperti sekarang, calon investor yang ingin berbisnis di daerah harus menghadapi rantai perijinan panjang yang menghabiskan waktu dan biaya. Otonomi yang diberlakukan hanya di tingkat Propinsi, menurut FIS akan memangkas rantai Birokrasi yang selama ini panjang dan boros itu.

FIS sangat menyayangkan, pemerintah membutakan diri terhadap kekeliruan Otda yang menyebabkan fungsi Gubernur ter-eliminasi secara legal. Jika gagasan Gubernur ditunjuk langsung oleh Presiden dan atau dipilih oleh DPRD Propinsi disetujui, FIS yakin pemerintahan Propinsi akan semakin memburuk dan taruhannya adalah kesejahteraan rakyat. Sekarang saja kendati telah dipilih rakyat langsung, Gubernur tidak dapat menjalankan fungsi yang semestinya, apalagi jika Gubernur tidak legitimate. Demikian Forum Indonesia Sejahtera ( FIS ) mengakhiri pernyataannya. ( Aziz )

Hendarmin Ranadireksa PMB 1962

Senin, 21 Juni 2010

Balas Budi 2010



KUNJUNGAN GEDUNG TUA, VIDEO DOKUMENTER, LOMBA & PAMERAN PHOTOGRAPHY