Pak
Ahmad Kurus almarhum (PAK) seumur hidupnya tinggal di Pondok Cabe Udik,
Tangerang. PAK adalah Orang Betawi asli. Pada saat saya masih bertugas, PAK
bekerja di perusahaan sebagai Tukang Kebun. Pendidikan PAK hanya tamat Sekolah
Dasar.
Pak
Ahmad diberi gelar Kurus karena ada beberapa karyawan yang bernama Ahmad dan
Beliau paling kurus. PAK adalah orang yang sangat baik hati, selalu senyum,
selalu siap menolong orang lain. Saya panggil Beliau karena hormat saya pada
pandangannya tentang Hidup. Saya belajar dari Beliau.
Pak Ahmad Kurus almarhum
muram dan sedih
Pada suatu saat saya melihat PAK muram dan sedih.Atas pertanyaan saya, berikut penjelasan PAK:
Minggu depan saya menikahkan anak saya. Anggaran tersedia Rp 5 juta. Ini
benar-benar maksimum kemampuan saya, sudah habis-habisan demikian ungkapan PAK.
Dari Dana Rp 5 jt sesudah dipotong biaya Akad dan biaya lain-lain , tersisalah
dana untuk mengundang 10 orang.
Kebiasaan dikeluarga saya, dikampung saya, saudara-saudara, keluarga dekat dan
tetangga memberikan amplop. Sekarang sudah terkumpul Rp 10 juta. Istri,
anak-anak dan Calon Pengantin bersorak-sorai karena pesta pernikahan akan
meriah. Jumlah Undangan mencapai 100 orang.
Saya berkata dalam hati bahwa total uang dalam Amplop, yaitu Rp
10 juta adalah utang saya kepada Keluarga dan Tetangga. Utang harus dibayar.
Pesta pernikahan anak saya akan berjalan dengan Meriah. Meriah tetapi
sesugguhnya diluar kemampuan saya. Pesta yang meriah dengan cara berutang.
PAK: coba dihitung berapa kali saya mengadakan acara keluarga dengan cara
berutang. Dari Khitanan anak, Hari Ulang Tahun saya sendiri, istri dan
anak-anak. Belum lagi pada waktu Kematian Ibu dan Bapak saya. Seumur hidup saya
Dililit Utang. Kemampuan saya memberi pendidikan kepada anak-anak saya, sangat
terbatas. PAK tidak berdaya menolak tekanan adat. PAK sedih: Anak-anak saya
paling-paling menjual rumah saya , kalau saya meninggal.
Saya
sampaikan pandangan PAK pada anak Pabrik, sejawat PAK. Praktis semua
mengatakan: Atas kebaikan saudara-saudara kita dan tetangga kita, dengan biaya
terbatas, kita dapat mengadakan Pesta Meriah. Soal pengembalian amplop itu kan
tidak harus segera dibayar kembali. Disyukuri, dijalanin saja demikian
pandangan mereka.
Bangsa Indonesia tidak berdaya menghindar dari Tekanan Amplop.
Bayangkan betapa rentannya Bangsa Indonesia, Bangsa yang seumur
hidup berutang. Mungkinkah Bangsa Indonesia dapat bersaing dengan Bangsa Lain
jika seumur hidup berutang?
Mempraktekkan Pandangan Hidup PAK
Filsafat hidup PAK menyadarkan saya betapa beratnya anak-anak pabrik (pendidikan STM) apalagi Petugas Kebersihan, Tukang Kebun, menjalani hidup
mereka agar memiliki rumah dan tidak menjual rumah begitu pensiun. Perjuangan
mereka agar anak-anak mereka mencapai gelar Sarjana dan Utama: Jangan
menyusahkan Anak.
Saya mengenang Pak Ahmad Kurus almarhum dengan rasa hormat, dengan rasa terima
kasih. Pak Ahmad Kurus memberi saya pelajaran tentang Hidup.
Oleh :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar