Rabu, 07 Januari 2009

Menyikapi Konflik Israel-Palestina

Menyikapi Konflik Israel-Palestina secara Proporsional

Serangan Israel ke Jalur Gaza belum memperlihatkan tanda-tanda mereda. Bahkan, eskalasi serangan semakin meningkat. Hingga hari ke-8, Minggu, 4 Januari 2009 serangan Israel telah menewaskan sekurangnya 436 warga dan 3000 an luka2. Agresi menimbulkan kecaman dunia.....dstnya. Perbincangan berikut adalah hasil wawancara VERY HERDIMAN (wartawan JurNas) dgn Prof. Dr. Bachtiar Aly (Guru Besar FISIP-UI, dan anggota Perhimpunan Mahasiswa Bandung 1969), :

VN/JN : Hingga kini tidak ada kekuatan yang bisa membendung aksi Israel?
BA : Invasi ini hanya bisa dihentikan bila yang menekan itu semata-mata adalah Amerika Serikat (AS). Kalau AS tidak melakukan penekanan terhadap Israel, maka dia akan berkelanjutan. Jadi, ada persoalan juga. Momentum ini (invasi Israel) dipilih karena ada masa transisi dari Bush ke Obama. Jadi, Bush juga tidak bisa banyak berbuat lagi. Politik LN AS memang sangat berpihak ke pada Israel. Sementara Bush pernah berikan janji pada masa pemerintahannya kedua bahwa akan membantu memberikan kemerdekaan kepada Palestina. Tapi itu ternyata tidak terjadi. Jadi, ada semacam ketidakberdayaan dunia internasional bahwa inisiatif AS itu tdk maksimal. Agresi Israel ini juga tidak dapat banyak dihentikan kalau AS belum mampu diyakinkan bahwa agresi sudah di luar batas kemanusiaan, sudah melanggar kon-
vensi Geneva. PBB juga sulit diharapkan. Selama struktur pengambil keputusan seperti sekarang - dengan adanya hak veto dari salah satu Negara - akan sulit.

VN/JN : Sementara Barrack H. Obama juga hingga kini belum bersuara?
BA : Buat Obama pribadi tidak bisa serta merta langsung bersuara karena dia secara formal belum dilantik, belum dikukuhkan sebagai Presiden. Tapi memang kita berharap kepada kepemimpinan Obama yanag lebih mengerti mengenai konstelasi politik di Timur Tengah, karena konflik ini sdh puluhan tahun. Jadi, mesti diketahui akar permasalahan ini dari awal. Uni Eropa juga tidak akan bisa banyak diharapkan kecuali mereka membantu secara kemanusiaan.
VN/JN : Dalam kasus Palestina, AS kelihatannya menggunakan standar ganda?BA : Persoalannya menjadi sulit karena AS menganggap HAMAS sebagai kelompok teroris, karena itu Hamas yang hrs menahan diri. Jadi, ini dua pandangan yang sulit bertemu. Padahal kita tahu Hamas itu menang pada Pemilu di sana. Pemilu itu justru didorong oleh AS. Pemilu yang diselenggaarakan itu dimenangkan oleh Hamas, sementara AS lebih pro kepada Fatah dbp Mahmoud Hamzah.

VN/JN : Apa yang harus dilakukan utk menghentikan agresi?
BA : Kalau sekarang DK PBB gagal, salah satu cara yang dilakukan adalah mendorong melakukan Sidang Umum MU-PBB MU diundang, semua Negara anggota PMB hadir disana. Tapi itu lebih merupakan sanksi moral kepada Israel dan dukungan moral kepada Palestina. Tapi serangan tdk bisa dihentikan bila AS tdk menekan Israel. Persoalannya juga Negara Arab tidak cukup solid membantu perjuangan Palestina. Kalau mereka mau membantu maka jangan tanggung2. Bukan hanya sukarelawan, tetapi juga kirim senjata. Diplomasi tidak bisa menyelesaikan persoalan.

VN/JN : Bagaimana anda melihat persoalan Palestina dari kaca mata dalam negeri?.
BA : Mendukung Palestina merdeka adalah satu komitmen konstitusi kita. Karena itu, siapapun pemerintah yad harus tetap mendukung Palestina. Yang kita perlukan adalah di dalam urusan solidaritas untuk Palestina ini, pemerintah, rakyat, DPR harus kompak. Kita setuju dengan Palestina, hanya kita harus proporsional. Sekarang kita mau mengirimkan sukarelawan. Kita mesti lihat bahwa sukarelawan itu harus terampil. Jika tidak maka akan menimbulkan beban saja.

VN/JN : PKS gencar menggalang demonstrasi. Ada upaya politisasi?.
BA : Dalam sejarah perpolitikan kita dalam beberapa pemilu isu agama tidak mempunyai nilai jual politik yg tinggi. Itu hanya sentimen sesaat saja. Nilai jual tinggi adalah bila sebuah partai memberikan jaminan, upaya untuk kesejahteraan dan keadilan. Jadi menggunakan sentimen agama tidak dilihat orang lagi. Faktanya dalam beberapa kali pemilu yang menang dan dilirik bukan partai agama, tapi partai nasionalis seperti PDIP, Partai Golkar, Partai Demokrat.
Masalah di Israel sdh sangat kompleks. Jadi, bukan masalah agama. Jangan lupa orang Israael, Palestina, Arab itu satu rumpun besar. Itu termasuk rumpun yang punya Nabi Ibrahim, yang disebut agama Samawi. Oleh karena itu problem di sana lebih kepada dominasi Israel yang lebih menguasai semua. Orang Arab ada yang beragama Kristen, Yahudi. Jadi, kita jangan terjebak dalam perang agama, kaerna ini memang perang sipil, perang peradaban. Artinya peradaban orang yang beradab yang memakai pikiran universal dengan orang yang masih berfikiran konservatif (Israel). Jadi, kalau ada orang yang bilang begitu silakan saja, tapi kita tdk perlu harus terprovokasi.

VN/JN : Bagaimana anda menilai sikap pemerintahan SBY terhadap kasus ini?
BA : Pernyataan Pres. SBY yg meminta DK-PBB memberikan sanksi keras kepada Israel sdh sangat tepat. Dan itu sdh dilakukan juga oleh Dubes kita di PBB, Marti Natalegawa. Optimalisasinya itu tentu pernyataan yang keras. Tapi yang lebih penting adalah melakukan multitrack diplomacy. Artinya, melakukan pendekatan dalam segala lini. Kita ada wakil di PBB, melobi Negara di sana, supaya DK PBB memberikan sanksi, melobi AS. Tapi juga kita harus bisa melobi pemerintah Arab Saudi, Mesir dan Yordania. Karena Mesir dan Yordania punya pakta perdamaian dengan Israel. Mereka bisa "membujuk" Israel agar jangan berlebihan.

(ketik ulang o/ SA'69)

Tidak ada komentar: