Terlambat posting lagi, terlena terlalu lama menikmati posting sendiri. Hehe…
tidak juga sih, selama absen sebuah tim kecil
berkonsolidasi bagaimana sebuah kekuatan bisnis dapat dibangun:
(1) karena memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,
(2) di atas kekuatan ilmu pengetahuan,
(3) diciptakan dari limbah handphone.
Hasilnya? Ini salahsatunya…
Kita sudah baca berita bagaimana para calon profesor tega melakukan plagiat karya ilmiah orang lain untuk mendapatkan keuntungan meraih gelar keprofesorannya. Wow, sungguh memalukan! Profesor simbol tertinggi dunia keilmuan hasil nyontek? Kelewatan sekali. Macam-macam caranya, pakai joki segala. Mahasiswa, lagi. Huh.
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari! “Penyakit” menurun ke generasi berikutnya. Lihatlah gambar deretan spanduk. Sangat kontras dengan spanduk tepat di bawahnya dan di atasnya yang memuliakan ilmu pengetahuan, dan spanduk paling bawah yang mengamalkan ilmu menjadi kegiatan ekonomi melalui entrepreneur. Menjadi “tangan yang di atas”, juga mulia.
Namun ada saja dan tidak pernah jera mencari enak dengan cara mudah. Dia tidak mengerti dan mencoba melawan hukum alam, yang mengajari kita untuk meraih semua yang kita inginkan itu, adalah proses yang makan waktu. Pintar mendadak dan kaya instan tidak dikenal dalam kamus kehidupan. Kasihan, bodoh sekali mereka itu.
Berangkat dari falsafah ini, perangkat produk yang dikembangkan dari limbah handphone posting sebelumnya, dapat dimanfaatkan menekan tingkat kecurangan ujian. Segala jenis ujian, ujian nasional ‘kek, ujian saringan masuk perguruan tinggi ‘kek, ujian pegawai negeri sipil ‘kek, adalagi? Teknologi nyontek memanfaatkan semua jenis sinyal handphone termasuk bluetooth (infra merah agak susah), dihabisi produk ini.
Produk di gambar posting kemarin setelah dikasih “baju” menjadi seperti gambar di samping (biru, “SQL”). Fitur diperluas untuk menutup sinyal GPS (hitam) dan wi-fi (hotspot, warna putih/perak). Dimensi menunjukkan daya jangkau lebih jauh, dan bisa dilengkapi remote control.
Orang mengira pasti ini mahal. Keliru! Komponennya ‘kan dapat ‘mungut; yang mahal itu mikirnya, orisinil, bukan hasil nyontek atau joki! Kalau diproduksi masal harga mikir nyaris tidak ada artinya. Berani beli berapa? Hehe… keluar akal dagangnya. Tetap murah dibandingkan manfaatnya. Pernah terpikir aplikasi produk untuk rapat kecil dan tempat yang memerlukan kehidmatan seperti ibadah di mesjid dan gereja, atau, dipasang di stasiun pompa bensin dan gas untuk keselamatan?
Begitulah teknologi handphone, sama seperti pisau, bisa dipakai untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Sebentar lagi musim ujian; ayo kerja keras, belajar baik-baik, lupakan berpikir untuk nyontek, memalukan, ja-im! Teknologi hi-tech dilawan dengan teknologi berpikir hi-tech. Bisa.
Rio Seto PMB 1965
Tidak ada komentar:
Posting Komentar