Berita dan informasi tentang Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB)... "PMB MASA LALU BERGABUNG DENGAN PMB MASA KINI, MENUJU PMB MASA DEPAN"........"Mereka dari Bandung"... "Hanya ada satu negara, yang menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan, dan perbuatan itu perbuatanku"..... "PMB kuat karena bebas dan fun. Kalaupun harus ada dasar ilmu, pakailah ilmu bahwa cara terbaik untuk belajar adalah dengan bermain. Learn through Play" ....
Selasa, 22 Desember 2009
Minggu, 22 November 2009
Berita-berita
Kamis, 29 Oktober 2009
Rabu, 09 September 2009
Sabtu, 05 September 2009
STOP ANTI MALAYSIA !!
Saif
COPAS dari MILIST bozz....
Tolong stop anti-malaysia!
Semuanya adalah kesalahpahaman. ..
Saya juga mau memberi tau sesuatu :
FYI presiden malaysia saat ini adalah keturunan bugis!
Perkaya wawasan anda!
perspektif.net
koprol.com/user/ wimar
Rabu, 02 September 2009
Kegiatan Bulan Ramadhan
1). Sekertariat Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) di Jln. Merdeka No. 7 depan hotel Panghegar - Insan Selamet (PMB): 085862041252.
2). Sekertariat Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA) di Jln. Teuku Umar No.4 Menteng, Jakarta Pusat - Anggoro Prajesta (IMADA): 021 - 98683024.
Selasa, 25 Agustus 2009
Jumat, 21 Agustus 2009
Kisi kisi dalam berorganisasi
Selasa, 18 Agustus 2009
lagu Gaudeamus igitur
Ketika dinyanyikan, dua baris pertama dan baris terakhir setiap stanza dinyanyikan secara berulang, sebagai contoh:
Gaudeamus igitur
Juvenes dum sumus.
Gaudeamus igitur
Juvenes dum sumus.
Post jucundam juventutem
Post molestam senectutem
Nos habebit humus
Nos habebit humus.
selain itu dalam acara wisuda umumnya lagu ini 'dipersingkat' dengan hanya menyanyikan bait kesatu dan bait keempat saja.
Latin dan Indonesia
Gaudeamus igiturJuvenes dum sumus. Post jucundam juventutem Post molestam senectutem Nos habebit humus.
Mari kita bersenang-senang. elagi masih muda. Setelah masa muda yang penuh keceriaan. Setelah masa tua yang penuh kesukaran. Tanah akan menguasai kita.
Ubi sunt qui ante nosIn mundo fuere?Vadite ad superosTransite in inferosHos si vis videre.
Kemana orang-orang sebelum kita. Yang pernah hidup di dunia ini? Terbanglah ke surga. Terjunlah ke dalam neraka. Bila kau ingin menjumpai mereka
Vita nostra brevis est Brevi finietur. Venit mors velociter Rapit nos atrociter Nemini parcetur.
Hidup kita sangatlah singkat. Berakhir dengan segera. Maut datang dengan cepat. Merenggut kita dengan ganas. Tak seorang pun mampu menghindar
Vivat academia! Vivant professores! Vivat membrum quod libet Vivat membra quae libet Semper sint in flore.
Panjang umur akademi!. Panjang umur para pengajar!. Panjang umur setiap pelajar!. Panjang umur seluruh pelajar! .Semoga mereka terus tumbuh berkembang!
Vivant omnes virgines Faciles, formosae. Vivant et mulieresTenerae, amabilesBonae, laboriosae.
Panjang umur para gadis! Yang sederhana dan elok Juga, hidup para wanita! Yang lembut dan penuh cinta Jujur, pekerja keras
Vivant et res publicaet qui illam regit. Vivat nostra civitas,Maecenatum caritas Quae nos hic protegit.
Hidup negaraku! Dan pemerintahannya. Hidup kota kami! Dan kemurahan hati para dermawan. Yang telah melindungi kami
Pereat tristitia, Pereant osores. Pereat diabolus, Quivis antiburschius A tque irrisores.
Enyahlah kesedihan, Enyahlah kebencian, Enyahlah kejahatan, Dan siapa pun yg anti mahasiswa, Juga mereka yang mencemoh kami
De Brevitate Vitae (Dalam Singkatnya Kehidupan), atau lebih dikenal dengan judul Gaudeamus igitur ("Karenanya marilah kita bergembira") adalah lagu berbahasa Latin yang merupakan lagu komersium akademik dan sering dinyanyikan di berbagai negara Eropa. Di negara-negara Barat, lagu ini dinyanyikan sebagai anthem dalam upacara kelulusan. Melodi lagu ini terinspirasi oleh lagu abad pertengahan, bishop of Bologna ciptaan Strada. Gaudeamus ini pada zaman dahulu di jerman merupakan lagu perjuangan kebebasan akademi.
Liriknya sendiri mencerminkan semangat para pelajar yang tetap semangat meskipun dengan pengetahuan bahwa pada suatu hari nanti kita semua akan mati, seperti terangkum dalam bait pertama pada baris ke-4 dan yang lebih diperjelas lagi pada isi bait ketiga, yang mengandung arti kesadaran akan dekatnya kematian dengan kehidupan manusia di bumi ini.
Dengan demikian bukanlah sebuah 'ajakan' untuk hidup dalam hedonisme seperti yang sering dituduhkan, hal ini dapat dilihat dari bait kedua dari stanza ini yang secara tersurat dan tersirat berisi pengakuan akan keberadaan alam lain setelah kematian yaitu surga dan neraka
Meskipun sering dipakai sebagai 'lagu pembuka' acara sebelum bersulang, sebagai sebuah kebiasaan di negara-negara Barat untuk merayakan sesuatu dengan minum bir, anggur, atau sampanye sebagai penghangat diri, lagu ini sendiri bukan dimaksudkan untuk mabuk-mabukan namun lebih kepada perayaan atas segala keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, misalnya berhasil menyelesaikan pendidikan. Itulah sebabnya Gaudeamus igitur banyak dipakai di hampir seluruh universitas di dunia dalam acara wisuda.
De Brevitate Vitae dikenal dengan sebutan "Gaudeamus igitur" atau "Gaudeamus", yang merupakan kata pembuka lagu ini. Di Britania Raya, lagu ini juga dikenal sebagai The Gaudie.
Selasa, 04 Agustus 2009
Senin, 13 Juli 2009
Minggu, 12 Juli 2009
CICAK (Cinta Indonesia Cinta KPK)
Kamis, 16 Juli 2009 | 11:36 WIB
TEMPO Interaktif, Bandung - Puluhan Mahasiswa dari Perhimpunan Mahasiswa Bandung, melakukan aksi unjuk rasa menentang pengkerdilan Komisi Pemberantasan Korupsi oleh lembaga lembaga negara dan para koruptor.
"Kekisruhan internal KPK, bukan berarti menjadi alasan untuk mengkerdilkan kerja KPK," ujar Aeng Anwar koordinator aksi dukung KPK di Gedung Sate Bandung. Kamis (16/7).
Para mahasiswa mengkritik ucapan Kabareskrim Komisaris Jenderal Susno Duaji yang menyatakan 'cicak kok melawan buaya'. "Kami masih memerlukan KPK, karena ini lembaga hukum ini sudah terbukti menjerat para koruptur dan menjebloskannya ke penjara."
Aeng menegaskan, meskipun KPK belum bekerja secara maksimal dalam penindakan dan pencegahan korupsi, tapi paling tidak dengan adanya KPK masyarakat lebih optimis pada lembaga pemberantas korupsi dibandingkan lembaga penegak hukum lainnya untuk mengungkap kasus kasus korupsi.
Dalam aksi unjuk rasa para mahasiswa Bandung tersebut, selain melakukan aksi teaterikal juga membagikan stiker yang bergambar cicak dan buaya dan bertuliskan "Saya Cicak Berani Melawan Buaya" serta "Cintai Indonesia Cintai KPK."
Dukung KPK Untuk Terus Berantas Korupsi
Dimata Dunia Indonesia termasuk Negara TERKORUP. Ini semua karena pejabat negara yang kehilangan hati dan nurani. Sekarang ditambah pula dengan akan dibubarkannya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tentu keadaan negara ini akan semakin hancur dan berantakan. Beberapa minggu terakhir keluar pula perkataan yang sangat mengkecilkan KPK dengan mengibaratkan KPK dengan CICAK, dan menyebut para pemerintah yang duduk dan korup itu, sebagai BUAYA. Kabareskrim Polri Komjen Pol Susno Duaji mengatakan 'Cicak kok melawan buaya' di muat Majalah Tempo 6-12 Juli 2009. Itu artinya KPK telah dikecilkan dan sebentar lagi para pejabat itu akan membubarkannya.
INI TIDAK BOLEH TERJADI...!!!
Mau jadi apa negara Indonesia kita tanpa KPK?
Meski KPK belum bisa bekerja maksimal untuk menangkap para tikus yang menyengsarakan rakyat itu semuanya. Setidaknya ada pengurangan dan ada kegelisahan bagi mereka para kuroptor.
Di Jakarta telah dideklarasikan pada hari Minggu tanggal 12 Juli 2009 sebuah kelompok yang mendukung KPK dengan nama CICAK (Cinta Indonesia Cinta KPK) dan di Bandung pada tanggal 11 Juli 2009 lalu juga diadakan aksi damai ”PMB dukung CICAK” di sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB). Dan pada hari ini pula kita harus nyatakan ”DUKUNG KPK” bila kita cinta Indonesia.
Anda Koruptor? Jika bukan Koruptor, kita semua harus dukung KPK!!!
Anda Buaya? Jika buka buaya, kita semua harus dukung CICAK!!!
KPK tidak boleh di bubarkan!!!
CICAK BERANI LAWAN BUAYA!!!
CINTA INDONESIA CINTA KPK
Senin, 06 Juli 2009
Jumat, 12 Juni 2009
SOMAL 1965-2009
Sekretariat Bersama Organisasi Mahasiswa Lokal (SOMAL) 12 Juni 1965 - 2009 - Shall We Return?
Tekanan dan suasana politik tahun 60-an benar-benar telah membuat dunia kemahasiswaan menjadi lebih dinamis, meskipun dalam berbagai kasus terus menyeret kampus dan mahasiswa untuk masuk dalam ranah politik praktis. GMS seperti halnya dengan organisasi mahasiswa lokal lain (SOMAL : PMB, CSB, IMADA, MMB, GMS, IMAPON dan IMAYO) yang awalnya lebih banyak bergulat dengan aktivitas seputar dunia kampus mulai menggeliat dan tidak mau ketinggalan didalam pergerakan/ perjuangan di jalanan. Meskipun berbagai seruan “back to campus” telah dikumandangkan sejak lama, namun tidak mudah untuk membawa kembali mereka yang sudah terlanjur menikmati dunia barunya. Ranah politik akhirnya telah memberikan alternatif sebagai pilihan “pengabdian” kepada nusa-bangsa-negara; selain dunia profesi yang terkait dengan bekal keilmuan yang digeluti para aktivis organisasi mahasiswa. Kita telah mencatat beberapa tokoh SOMAL yang pernah memberi warna khas dunia kemahasiswaan, maupun politik saat itu seperti Sarwono Kusumaatmadja (PMB), Rahmat Witoelar (PMB), Moestahid Astari (GMS), Awan Karmawan Burhan (CSB), Lilik Asdjudiredja (IMABA), Sjahrir (IMADA), Marsilam Simandjuntak (IMADA), Erna Walinono (PMB), Trimoelja Darmasetia Soerjadi (GMS), dll.
Adigum yang terkesan heroik “Student today is Leader tomorrow” sangat populer dan sering didengungkan oleh aktivis pergerakan mahasiswa tahun 60-an terus dijadikan sebagai sumber insipirasi bagaimana sebuah organisasi mahasiswa harus dilanggengkan eksistensinya. Sebuah slogan yang sungguh sangat efektif untuk membangkitkan semangat dalam merancang pola kaderisasi. Khususnya pada saat merekrut anggota dan menjaga bagaimana organisasi bisa tumbuh dan berkembang agar tetap survive. Networking yang sangat kuat dengan kawan-kawan yang pernah tergabung dalam SOMAL (PMB, CSB, IMADA, MMB, GMS, IMAPON dan IMAYO) dan dilandasi pula dengan nilai-nilai independensi, pluralisme, non-sektarian, dan lain-lain akan merupakan modal dasar yang sungguh masih sangat relevan dengan tantangan global yang harus dihadapi oleh bangsa sekarang ini. Hal tersebut bisa dijadikan “entry point” yang mampu memberikan daya tarik untuk melakukan revitalisasi dalam kerangka melanjutkan tradisi kepemimpinan SOMAL di dunia kemahasiswaan maupun politik nasional. Kapan lagi kita bisa berkumpul, membangun tali silatuhrahim dalam ikut memberi sumbangan pemikiran dan kontribusi bagi kejayaan almamater, nusa, bangsa dan NKRI.
Semoga Allah SWT memberikan ridhoNya kepada kita semua.
Senin, 01 Juni 2009
Jejak Presiden Soekarno
Lokasi sel yang dipakai memenjarakan Sukarno pada 1930 tak terawat dan berbau pesing. Minggu, 11 Juli 2009 pukul 01:50:00 http://www.republika.co.id
Merespons pengumuman, mereka berkumpul di Jl Merdeka 7 Bandung. Para mahasiswa awal itu hendak menelusuri jejak Sukarno muda, Ahad (21/6). Ada yang dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Unviversitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Pasundan (Unpas), dan Universitas Ilmu Komputer (Unikom).
Sebelum menyusuri jejak Sukarno (lahir pada 6 Juni 1901), mereka mencari informasi di buku-buku dan internet. Di antara peserta, banyak yang tak menyangka kalau sejarah kemerdekaan berangkat dari Bandung. ''Menyadari hal itu, kami pun mengajak anak-anak muda menyusuri jejak fisiknya di bulan Juni, bulan kelahiran Bung Karno,'' ujar Aeng Anwar Sanusi, ketua Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).
Dari sekretariat PMB itu, mereka menuju ke Gedung Indonesia Menggugat (GIM) sembari membawa alat-alat kebersihan. ''Selama perjalanan kita harus memungut sampah yang kita temui,'' ajak Aeng, sebelum berangkat.
GIM yang menjadi sasaran pertama adalah gedung di Jl Perintis Kemerdekaan. Dulu bernama Gedung Landraad, tempat Sukarno muda disidang pada 1930, setelah ditahan oleh Belanda sekitar delapan bulan di penjara Banceuy. Di persidangan, ia memberikan pembelaan berjudul 'Indonesia Menggugat'.
''Kami berdiri di hadapan mahkamah tuan-tuan ini bukan sebagai Soekarno, Gatot Mangkoperadja, Maskoen atau Soepriadinata, kami orang berdiri di sini adalah sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang berkeluh kesah sebagai putra-putri Indonesia yang setia dan bakti kepadanya,'' ujar Sukarno membacakan pledoinya, seperti dikutip Bob Hering dalam buku Soekarno Bapak Indonesia Merdeka.
Di GIM ini, para mahasiswa itu mendapat penjelasan soal dibuangnya Sukarno ke Ende setelah persidangan, karena dia dianggap berbahaya. ''Selama di Ende itulah, konon, Sukarno muda melihat daun sukun yang bercabang lima, yang kemudian menginspirasinya menemukan lima falsafah yang menjadi dasar negara,'' ujar Aeng.
Meja hakim masih dipertahankan di ruang sidang di gedung itu. Foto-foto Sukarno dan naskah-naskah kisah perjuangannya juga dipajang di dinding gedung yang sekarang jadi salah satu meeting point favorit di Bandung itu. Mantan gubernur Jawa Barat, Mashudi, yang mengusulkan pemanfaatan gedung itu sebagai tempat pertemuan publik. Ada pula kafe di sini. Sebelumnya, gedung ini dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan.
Selama delapan bulan ditahan sebelum disidang, Sukarno muda mengisi sel kecil di Banceuy. Ia mengisi sel nomor lima, yang keberadaannya sekarang masih dipertahankan di belakang Pertokoan Banceuy. Dari GIM, ke sinilah para mahasiswa itu menuju, melewati Viaduct dan Jl Banceuy.
Di lokasi sel berukuran 2,5 x 1,5 meter itu, mereka harus menahan bau pesing. Rupanya, banyak orang memilih kencing di sini --meski ada papan larangan 'Dilarang Kencing di Sini'-- karena tersembunyi dari pandangan umum. Gerobak-gerobak pedagang kaki lima menutup jalan masuk ke lokasi sel ini.
Karenanya, lingkungan tempat Sukarno ditahan sejak Desember 1929 hingga Agustus 1930 itu terlihat tak terawat. Sampah berserakan. Gerobak pengangkut sampah pun di parkir di sini. Bau psing dan lingkungan kotor, bisa membuat orang enggan lewat lokasi ini.
''Sedih rasanya melihat situs ini jadi tempat tumpukan sampah dan tempat kencing orang yang tak bertanggung jawab,'' ucap Nur Eni Lestari, mahasiswi Unpad angkatan 2006.
''Wah, gara-gara kurang ekspose nilai historisnya nih, situs sel ini jadi nggak terawat,'' timpal Rama Praditya, mahasiswa Unpas angkatan 2005.
Mereka kemudian bergegas membersihkan sampah, sebelum mengambil posisi berdiri di depan sel menyanyikan Indonesia Raya. Suasana tiba-tiba menjadi haru. Budi Tryaditia mengaku hampir meneteskan air mata karenanya. ''Saya baru ke sini sekali,'' ujar mahasiswa Unpad angkatan 2006 itu.
Budi mengaku ikut membersihkan area sel itu menjadi bentuk penghormatan untuk jasa Sukarno. Sel itu dikelilingi pagar besi yang sudah keropos. Ada dua tugu di dekatnya. Pot-pot bunga yang dimaksudkan untuk memperindah lokasi itu kini sudah hancur dan berantakan. Dua tiang bendera mengibarkan bendera merah putih yang sudah pudar warnanya.
Mereka sempat menerima penjelasan dari Ketua RW yang diberi tanggung jawab menjaga lokasi ini. Menurut dia, perawatan dari warga dilakukan dengan keterbatasan.
Usai di sel Sukarno, mereka menuju ke Gedung Merdeka, gedung tempat diadakannya Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digagas Sukarno. Sebelum tiba di Gedung Merdeka, mereka menyempatkan diri melihat Sumur Bandung di Gedung PLN, Cikapundung.
Juru kunci menjelaskan ke mereka, Sumur Bandung merupakan sumur yang muncul setelah Bupati Bandung, Wiranata Kusumah II ((1794-1829), menancapkan tongkatnya. Saat itu, daerah ini masih berupa hutan, yang kemudian oleh Daendels dibuatkan jalan raya di situ.
''Itu dilakukan sewaktu beliau beristirahat di sini dalam perjalanannya dari Subang menuju Dayeuhkolot,'' ujar sang juru kunci. Dayeuhkolot adalah ibu kota Kabupaten Bandung. Atas perintah Daendels, kemudian dipindah ke pinggir jalan raya yang baru dibangun Daendels dekat Sumur Bandung itu (sekarang bernama Jl Asia-Afrika).
Menyeberang jalan dari Gedung PLN, sampailah mereka di Gedung Merdeka. Pemandu wisata telah menunggu mereka, untuk menjelaskan hal-hal yang ingin mereka ketahui.
Selama di Gedung Merdeka, mereka mendapat penjelasan latar belakang penyelenggaraan KAA. Sesekali, lewat penjelasannya tentang KAA itu, staf museum itu mencoba membakar semangat para mahasiswa itu. Selama dua jam mereka di Gedung Merdeka, termasuk menonton film dokumenter KAA. Tapi, keinginan mereka masuk ke ruang bawah tanah tak terkabulkan, karena di hari libur, ruang bawah tanah di Gedung Merdeka ditutup.
Di Gedung Merdeka ini pula, mereka bertemu dengan Paguyuban Sepeda Ontel Bandung. ''Mereka mengajak melakukan city tour bersama untuk lokasi lain di lain hari,'' kata Aeng. pry
Senin, 25 Mei 2009
Minggu, 10 Mei 2009
Selasa, 21 April 2009
Hari Bumi Bulan April 2009
Kita serukan bersama untuk katakan TIDAK! kepada semua
kamuflase hijau di sekeliling kita.Jangan biarkan isu lingkungan
menjadi alat bagi mereka para kaum kapitalis sebagai kendaraa
untuk penggemukan perut mereka pribadi. Katakan TIDAK!
kepada mereka yang telah terang-terangan merusak lingkungan
di sekeliling kita. Jangan biarkan ideologi lingkungan hanya
menempel sebagai gaya hidup pada tubuh kita.
Disaat ribuan hektar hutan di sekitar kita habis. Disaat semua
sumber air menjadi milik pribadi dan kita 'dipaksa' untuk membelinya.
Disaat hak kita atas udara bersih terancam menjadi sebuah mimpi.
Disaat semakin menganganya lubang ozon, polusi udara, naiknya
permukaan air laut, rusaknya susunan tanah akibat pupuk berkelebihan,
terancamnya keanekaragaman hayati, dan tergusurnya komunitas
setempat berikut kearifan budayanya. Disaat tanda-tanda atas semua
mimpi buruk itu akan terjadi, dan kita belum melakukan apa-apa?
Ayo datang dan suarakan harapanmu, luangkan sedikit waktumu,
ajak semua kerabatmu, awali dari sini atas kecintaanmu pada bumi
yang kamu pijaki, pada aksi kolektif dalam rangka perayaan
Hari Bumi 2009 di kota yang kamu cintai ini.
Hari Rabu, 22 April 2009
Jam 15:30 - 17:30
di Bundaran Taman
Cikapayang Dago, Bandung
Rabu, 01 April 2009
di bencana Situ Gintung
Maka, tolong sebarluaskan poster ini ke miling list yang anda kenal, sehingga menjadi perhatian sebanyak-banyaknya warga yang peduli.
AGAR BENCANA SITU GINTUNG TAK SAMPAI TERULANG KEMBALI DI TEMPAT LAIN
Rabu, 18 Maret 2009
Puisi ku
Thursday, March 12, 2009 at 3:49pm
(Nurma Indriyani PMB 07)
Mungkin sekarang memang sudah waktunya berganti musim
Hari mulai hujan terus
Didahului dengan langit hitam kelam
Ada sedikit rasa takut..
Sendirian..
Kesepian..
Kemudian turunlah hujan..
Manusia dengan sejuta kegagahannya
Jadi tidak berarti apa-apa di saat hujan
Hanya bisa diam,
Mungkin merenung,
Banyak memori yang tiba-tiba keluar berloncatan di saat hujan
Sejuta kenangan yang tanpa permisi memenuhi seluruh isi kepala
Perasan-perasaan yang di dapat hanya pada saat hujan turun
Hujan deras,
Ada yang memilih mencermati,
Mengagumi, membiarkan diri
Beristirahat sejenak dari hiruk-pikuk dunia
Ada juga yang marah-marah karena merasa aktivitas terhenti,
Terputus dari sesuatu yang disebut peradaban
Sebagian merasa takut
Merasa hujan seperti badai yang mengempas seluruh hidupnya
Kadang seseorang merasakan ketiganya
Tapi sore ini,
Entah mengapa hujan jadi punya makna
Selalu ada pelangi setelah hujan
Awan selalu kembali cerah
Anak kecil, tukang jualan sampai para pekerja kembali memenuhi jalan
Hujan ternyata bukan untuk selamanya
Kadang memang panjang
Kadang teramat panjang
Tapi semua kembali normal
Masih ada kehidupan setelah hujan
Masalah itu ibarat hujan
Betapapun berat
Betapapun sakit
Menyesakkan
Membuat mual
Dan ingin muntah
Suatu hari…
pasti akan berakhir
bersabar
menunggu, mungkin merenung sambil menanti hujan usai
tidak perlu menerobos derasnya
membiarkan diri bertambah sakit
atau menjadi basah kuyup
sedikit lagi..
matahari akan kembali bersinar
sedikit lagi..
keceriaan akan kembali mengisi hari
sedikit lagi…
Hang on, dear!
Senin, 16 Maret 2009
Nani Sakri PMB 69
Ya, pada tahun 1970-an, Nani Sakri berkibar sebagai seorang peragawati papan atas, dan nama maupun fotonya sering kali nampangd di berbagai media. Namun, sejak tahun 1996, ia mulai memainkan imajinasinya dalam kombinasi cat, kuas, dan kanvas. Pada tahun 1998, Nani mulai serius menekuni dunia lukisan, dan sejak saat itulah lahir banyak karya lukis yang khas dari tangannya. Tak kurang dari 15 pameran lukisan tunggal maupun bersama, di dalam maupun di luar negeri, telah memajang karya-karya Nani yang memiliki corak khusus. Orang mengenal pelukis ini suka menggambarkan nuansa keelokan perempuan, batik, buah, dan binatang dalam sajian yang simple.
Sekalipun kini publik mungkin lebih mengenal namanya sebagai pelukis dan mantan model ternama, namun dunia keperagawatian atau modelling tetap saja merupakan domain seorang Nani Sakri. Penguasaannya akan pengalaman langsung dan pengetahuan atas perkembangan dunia keperagawatian Indonesia sempat mengantarkannya menjadi konsultan media maupun penulis kolom-kolom fashion di sejumlah media massa. Hingga kini, selain aktif melukis dan berpameran, mengembangkan usaha, dan mengajar di sejumlah universitas, Nani juga masih sering menerima undangan untuk hadir maupun tampil di berbagai peragaan busana. Dunia catwalk tidak sepenuhnya lenyap dari genggamannya, sekalipun generasi yang lebih muda telah menggantikannya.
Bagi Anda yang demen menjelajahi dunia Facebook, Anda akan dengan mudah menjumpai dan berkomunikasi dengan Nani Sakri, melihat sebagian dari hasil karyanya, dan mengenal jejak dunia modelling yang pernah dikuasainya. Nani memang seorang figur yang telah mewarnai panggung sejarah fashion Indonesia, dan kini terus menorehkan karya di dunia seni lukis. “Selain ingin menjadi pelukis yang mumpuni dan diakui oleh masyarakat seni, saya juga ingin menulis buku tentang perjalanan sejarah industri fashion Indonesia,” ungkap Nani kepada Edy Zaqeus dari AndaLuarBiasa.com, dalam sebuah wawancara melalui pos-el dan dilanjutkan dengan komunikasi via Facebook. Berikut adalah petikannya:
Berikutnya klik saja : http://www.andaluarbiasa.com/nani-sakri-saya-ingin-menulis-sejarah-fashion-indonesia/comment-page-1#comment-214