Selasa, 21 Oktober 2008

Henny Buftheim : Kami Keluar, Perjuangannya Berkurang

Anggota Perhimpunan Mahasiswa Bandung 1970

Puluhan tahun bergelut di lembaga swadaya masyarakat (LSM), Henny Buftheim setia dengan idealismenya. Sarjana Ilmu Jurnalistik dari Fakultas Publisistik (sekarang Fakultas Ilmu Komunikasi), Universitas Padjadjaran, Bandung, ini tetap mengusung prinsip yang sama meski ia berpindah kerja dari satu LSM ke LSM lainnya. ''Jangan membuat orang bergantung pada pemberi dana. Pikirkan, kalau kami stop kasih dana, mereka bagaimana!'' ujar perempuan kelahiran Jakarta, 9 September 1951, ini.
Henny merealisasikan idealismenya dengan cara yang sangat masuk akal. Ia berupaya untuk tidak melulu memfokuskan bantuan pada pembangunan ekonomi masyarakat. ''Pembangunan sosialnya juga harus berjalan simultan,'' kata Henny yang Februari 2008 mengikhlaskan suaminya, Steven Wilbur, menghadap Sang Khalik.Kini, Henny sibuk sebagai team leader dari Social and Economic Recovery Program (SERAP). Program ini digulirkan oleh Canadian Co-operative Association (CCA) untuk warga pesisir di tiga wilayah di Bireuen, Aceh, yaitu Nagan Raya, Pidie, dan Samalanga, yang hancur akibat tsunami. Bersama CCA, Henny membantu 1.600 keluarga di 25 desa untuk membangun kembali kehidupannya hingga Maret 2009.
Selama ini, Henny dikenal sebagai spesialis di bidang social marketing. Ia telah merintisnya sejak mahasiswa dulu. Di Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), ia memilih menjadi ketua bidang eksternal --yang mengurusi pengembangan jaringan kerja organisasi mahasiswa lokal di berbagai kota, pada periode 1973-1974. Kini, ia mengemban amanat sebagai advisor mobilisasi sosial di The Social Marketing Circle. Di tengah kesibukannya, penyakit misterius menyerang, merobohkan Henny. Sebulan lamanya Henny terbaring di sebuah rumah sakit di Singapura. ''Saya sedih memikirkan apa jadinya putri saya, Alyssa Wilbur, jika Allah SWT mengambil nyawa saya ketika itu. Di usia 16 tahun dia sudah kehilangan ayahnya,'' ujar Henny lirih.
Henny memang aktivis yang jam terbangnya tinggi. Suaminya juga aktivis semasa hidupnya. ''Tanpa disadari, Alyssa juga belajar tentang pembangunan ekonomi dan sosial serta perlindungan hutan, hal-hal yang saya perjuangkan selama ini. Saya tahu itu dari guru yang menilai presentasi lingkungan hidup Alyssa,'' kata perempuan asli Aceh ini.Selagi aktivitasnya belum begitu padat, Selasa (23/9). Henny menceritakan sepak terjangnya di dunia LSM. Berikut petikan penuturannya kepada wartawan Republika, Reiny Dwinanda, dan fotografer Amin Madani:

Selanjutnya kelik saja : http://republika.co.id/launcher/view/mid/22/kat/0/news_id/8651

Tidak ada komentar: