Perhimpunan Mahasiswa Bandung Tahun 1971
Kepentingan keluarga membuat Ir Yani Rodyat-Panigoro MM meninggalkan dunia teknik elektronika. Padahal, kala itu ia sedang menikmati betul profesinya sebagai peneliti di Pusat Pengembangan Iptek (Puspiptek) Serpong. ''Setelah delapan tahun menjadi peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada 1981 saya berhenti,'' kenang Yani.
Keputusan itu diambil Yani setelah Puspiptek pindah dari Bandung ke Serpong. Dua tahun lamanya Yani bolak-balik Serpong-Bandung untuk menjumpai keluarganya yang berdomisili di Kota Kembang itu. ''Betapapun, saya harus dekat dengan keluarga,'' tutur peneliti yang mendesain laboratorium instrumentasi elektronika berbasis mikrokomputer di Puspiptek.Kembali ke Bandung, Jawa Barat, Yani sempat menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi setempat. Tahun 1982, Yani pindah ke Surabaya mengikuti dinas suaminya, Rodyat Suprapto. ''Lima tahun di sana, saya mengajar di Institut Teknik Surabaya (ITS),'' kata perempuan kelahiran Bandung, 18 Juli 1951, ini.
Tahun 1987, Yani kembali ke Bandung. Yani yang tak punya pekerjaan memilih membuka usaha di bidang software komputer. ''Saya juga mengadakan pelatihan komputer,'' ucap Yani yang kemudian mengajar di almamaternya, Institut Teknologi Bandung (ITB).Tahun 1994, PT Sarana Jabar Ventura berdiri. Perusahaan modal ventura ini dirintis kakak Yani, Arifin Panigoro bersama Mar'ie Muhammad. ''Kami mencoba mendirikan perusahaan baru atau mengembangkan usaha kecil yang sudah ada menjadi lebih sehat,'' kenang Yani yang diminta menjadi presdir SJV.
Permintaan Arifin disanggupinya. Apalagi, selama di kampus, Yani kerap mendapat pertanyaan dari mahasiswanya tentang cara mendapatkan modal usaha. ''Klop banget jadinya,'' kata dia.Menjadi presdir SJV adalah pengalaman berkesan bagi Yani. Ia belajar banyak hal dari pertemuannya dengan para pengusaha kecil dan menengah di seantero Jawa Barat. Saat sedang asyik mengurusi perusahaan modal ventura, Arifin merangkul Yani bergabung di bidang operasional Medco Energi.
Di Medco, berarti Yani bergabung dengan keluarga. Sama halnya, ketika ia dulu bergabung dengan Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), organisasi ekstrakampus yang juga dimasuki oleh dua kakaknya, Arifin Panigoro dan Dedi Panigoro, kemudian disusul pula oleh adik-adiknya, Hilmi Panigoro, Ramdhan Panigoro, dan Yunan Panigoro. Tapi, permintaan Arifin agar Yani membantu Medco, membuat Yani deg-degan. Ia khawatir tak mampu mengemban tugas. Bagaimana ia menyesuaikan diri? Berikut penuturannya kepada wartawan Republika, Reiny Dwinanda, dan fotografer Amin Madani, Rabu (29/10).
Selanjutnya klik saja http://republika.co.id/koran/0/11304.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar