BLOG SEBAGAI MEDIA GERAKAN
Wimar Witoelar PMB 63
www.perspektif.net/i/art/cap025.jpg
Pada saat pemerintah menaikkan harga BBM, sekelompok intelektual tukang beramai-ramai melakukan kampanye memberikan dukungan. Kampanye tersebut dilakukan dengan menggunakan (ceritanya) data-data. Mereka menyiarkannya melalui televise, radio, koran dan lain-lain. Anda percaya? Kami tidak!.
Kelas menengah yang berisi kaum intelektual bisa saja condong pada supra struktur, maupun pada basis. Para intelektual tukang yang memakai baju penelitian dll bisa saja melakukan kampanye meninabobokan masyarakat. Mereka bertugas meredam gejolak, mengkonter kritik, menghapus keraguan dengan mimpi-mimpi kesejahteraan. Kita tahu itu bohong.
Masalahnya adalah kebanyakan kita tidak bisa pasang iklan di koran ataupun Televisi. Karena televisi adalah milik Mamamia-Show dan para intelektual tukang tersebut. Percaya tidak percaya, sekarang ada media gratis untuk menyuarakan aspirasi, namanya blog. Sebenarnya blog sudah ada dari dulu, mungkin kita saja yang terlambat.
Kita bisa mengawinkan blog dengan YouTube, social networking dirctory, bahkan dengan affiliate program (itung-itung nambah danrev). Walaupun akses internet masih terbatas, tapi minimal kita bisa mengoptimalkan pengopinian melalui media internet agar berpihak pada rakyat kecil (mustadh’afin).
Caranya, jika ada satu berita mengenai kebijakan yang merugikan rakyat, blogger bisa ramai-ramai membuat opini kontra. Sehingga, saat pengguna internet mencari berita tentang kebijakan tersebut, opini para intelektual tukang dapat ditandingi dengan opini aktivis gerakan pro-rakyat.
So, tulisan singkat tidak bermutu ini hanya bermaksud mengajak teman-teman untuk menjewer para pejabat yang kerjanya tidak becus dan kebanyakan tidur, memberikan informasi pencerahan, mengkritisi pendidikan mahal dan menjadikan blog sebagai media gerakan.
Yuk kita nge-move dan nge-blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar